Dua Saham Pendatang Baru Cuan, Satu ARB

JAKARTA—Dua emiten yang hari ini listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) mampu memberikan cuan kepada investornya, sementara satu lagi harganya melorot ke level auto reject bawah (ARB). PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) sudah diperkirakan harganya akan menyusul emiten sejenis yang lebih dulu melantai yaitu Aneka Tambang (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

MBMA ditawarkan pada harga Rp795 per saham, denngan total saham yang dilepas sebanyak 11.549.999.900 saham, dari target hanya 11 miliar, sehingga perseroan meraup dana segar Rp9,2 triliun dan nilai kapitalisasi pasar saham mencapai Rp85,9 triliun,

Selama proses penawaran umum, minat investor di porsi penjatahan terpusat cukup tinggi hingga terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribed sebanyak 19,9 kali. Besarnya minat investor terhadap saham MBMA ini membuat perusahaan menerbitkan tambahan sebanyak 549.999.900 saham baru.

Pada saat perdagangan perdana, saham langsung naik pada harga Rp805, dan terus hingga mencapai harga tertinggi Rp955 atau naik 20,12%. Dan hingga Pk.10.30 saham MBMA sudah ditransaksikan sebanyak 59.604 kali dengan volume saham 844,25 juta dan nilai transkasi mncapai Rp 750,60 miliar.

Sedangkan saham PT Era Digital Media (AWAN) begitu dibuka langsung menyentuh harga auto reject atas (ARA) alias naik 35% ke level Rp135 per saham, dan saat penawaran harga ditetapkan Rp100 per saham. Pada waktu yang sama 10.30 saham AWAN sudah ditransaksikan sebanyak 2.850 kali dengan volume 4,43 juta saham dan nilai transaksi Rp599,12 juta.

Sementara PT Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN) yang menetapkan harga IPO Rp78 per saham, begitu dibukan langsung minus pada harga Rp77 per saham. Dan sentiment negative it uterus berlanjut hingga harga menyentuh batas bawah atau auto reject bawah (ARB) ke level Rp71 per saham. Frekwensi hanya 9.247 kali dengan volume 66,47 juta dan nilai transaksi Rp4,74 miliar

Dari ketiga emiten yang listing ini, pasar modal Indonesia berhasil serap dana investor senilai Rp9.308.555.600 (sembilan  triliun tiga ratus delapan miliar lima ratus lima pulih juta enam ratus ribu rupiah (sekitar Rp9,3 triliun).

 

MBMA Kembangkan Bisnis Strategis EV

 

Sementara itu dana dari IPO yang diserap MBMA, sekitar 48% akan digunakan untuk pembayaran lebih awal untuk seluruh pokok utang yang timbul berdasarkan Perjanjian Fasilitas Berjangka US$300 Juta, yang akan dibayarkan kepada MDKA dan ING Bank N.V., cabang Singapura, masing-masing sebesar US$225 juta dan US$75 juta, melalui ING Bank sebagai Agen. Sekitar 5%  akan digunakan  untuk mengambil alih hak tagih sebesar US$30 juta yang timbul dari Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk tanggal 23 Agustus 2022 yang diberikan oleh MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI). Sisanya untuk pengembangan bisnis perseroan.

MBMA saat ini telah mengoperasikan dua smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (“RKEF”) (RKEF) yang meguntungkan, terletak di di Kawasan Industri Morowali (“IMIP”) di Morowali, Sulawesi Tengah.

Dua smelter RKEF itu berada di bawah PT Cahaya Smelter Indonesia (“CSI”) and PT Bukit Smelter Indonesia (“BSI”), masing-masing memiliki kapasitas terpasang sebesar 19,000 ton nikel per tahun dalam bentuk Nickel Pig Iron (“NPI”). MBM juga sedang membangun smelter RKEF ketiga, PT Zhao Hui Nickel (“ZHN”), dengan kapasitas terpasang yang diharapkan sebesar 50,000 ton nikel per tahun yang memiliki target komisioning pada pertengahan kedua tahun 2023. (mas)

MBM memiliki rencana untuk memberikan nilai tambah di hilir dengan memodifikasi lini salah satu dari smelter RKEF yang telah ada dan smelter ZHN untuk memberikan opsionalitas untuk memproduksi nikel matte kadar rendah. MBM juga akan membangun konverter pada smelter ZHN untuk memproduksi nikel

kadar tinggi (termasuk memproses nikel matte kadar rendah yang diproduksi oleh lini smelter RKEF eksisting menjadi nikel matte kadar tinggi).

RKEF MBM yang telah beroperasi memulai produksi komersialnya pada awal tahun 2020, dikembangkan dan dibangun oleh Grup Tsingshan, yang dianggap sebagai pelopor proses RKEF dalam memproduksi NPI dari sumber bijih nikel laterit.

Selain itu, perseroan juga mengelola dan mengembangkan dua kawasan industri yaitu Kawasan Industri Konawe (“IKIP”), kawasan industri yang berfokus pada bahan baku baterai masa depan, seluas kurang lebih 3.500 hektar dan Kawasan Industri Morowali (IMIP) lokasi di mana smelter RKEF berada.

IKIP akan dikembangkan dan dioperasikan bersama-sama oleh MBM dan Tsingshan di dalam area konsesi tambang SCM, dengan persetujuan perizinan yang sedang berjalan. Kemitraan dengan Tsingshan memungkinkan MBM untuk memanfaatkan rekam jejak dan pengalaman Tsingshan yang telah terbukti dalam mengembangkan IMIP dan PT Indonesia Weda Bay Industrial Park.

Dalam IKIP, MBM akan berfokus pada pengolahan nikel dengan metode hidrometalurgi melalui teknologi HPAL. Kegiatan operasi di IKIP akan memberikan penekanan yang kuat terhadap ESG

Presiden Direktur MBMA Devin Ridwan, menyatakan  untuk mengoptimalkan aset strategis tersebut, MBMA akan terus membangun dan mengembangkan berbagai infrastruktur yang merupakan rantai nilai hilirisasi nikel hingga menjadi bahan baku electrical vehicle (EV) battery. “Pengoperasian dan pengembangan berbagai proyek strategis tersebut tersebut melibatkan berbagai grup bisnis yang merupakan pemain global terdepan dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik, seperti grup Tsingshan, Huayou, serta CATL.,” tambah Kevin.

Dengan pilar bisnis model hilirisasi ini, Grup MBM telah memiliki pipeline proyek pertumbuhan masa depan yang kuat untuk memperkuat posisi Grup MBM di sepanjang rantai nilai mineral strategis, dan ke depannya dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik dan meningkatkan kemampuan produksi Grup MBM.

Proyek pertumbuhan Grup MBM lainnya yang signifikan mencakup proyek HPAL, Proyek AIM dan Indonesia Konawe Industrial Park (“IKIP“), serta proyek pendukung lainnya, seperti jalan angkut khusus sekitar 20 km antara batas IUP Tambang SCM ke jalan angkut milik BDM, yang berjarak sekitar 30 km ke Indonesia Morowali Industrial Park (“IMIP“).

Grup MBM didukung oleh sponsor, yang terdiri dari Grup Provident, Grup Saratoga dan Garibaldi Thohir, yang memiliki riwayat investasi bersama selama bertahun-tahun dengan rekam jejak yang menonjol dalam menarik investor institusi internasional blue chip dan membangun nilai melalui perusahaan bernilai miliaran dolar seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk., (MDKA) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GoTo), keduanya merupakan investasi bersama dari ketiga sponsor Grup MBM, serta PT Adaro Energi Indonesia Tbk. (Adaro), yang merupakan investasi dari Grup Saratoga dan Garibaldi Thohir, dan Grup Tower Bersama, yang merupakan investasi dari Grup Provident dan Grup Saratoga.

 

 

Share This Article

Related Articles

Responses