Jalur Berliku Bank-Bank AS dan Eropa yang Bermasalah

Portab Bisnis –  Ekonomi global saat ini sedang menghadapi depresi imbas meningkatnya utang publik dan swasta, inflasi yang membandel, kenaikan suku bunga yang agresif, dan sejumlah ancaman besar lainnya. Karena ketika satu sektor ekonomi bermasalah dengan utang dan profitabilitas, masalah itu dapat berubah menjadi krisis perbankan.  Kolapsnya sejumlah bank di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, telah memberikan efek yang cukup besar bagi perbankan global. Hal tersebut telah memukul pasar saham, khususnya di Eropa. Salah satu yang menjadi sorotan adalah kolapsnya Bank Credit Suisse, Saham bank terbesar kedua di Swiss itu ambruk usai pemegang saham mayoritas menolak mengucurkan modal lagi untuk Credit Suisse.

Eko Listiyanto, Wakil Direktur INDEF menilai, guncangan yang terjadi pada Credit Suisse ini merupakan dampak sentimen negatif di sektor perbankan global. Pemicunya adalah keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) di AS.  Bagi Eko, guncangan yang terjadi pada Credit Suisse memang harus segera diatasi oleh bank sentral Swiss. Jika tidak tertangani dengan baik, akan menimbulkan efek domino yang besar terhadap perekonomian global. Aroma kebangkrutan Credit Suisse sudah lama merebak setelah bank tersebut terus mencatatkan kerugian, serta dihantam serangkaian kesalahan dan kegagalan kepatuhan selama beberapa tahun terakhir yang merusak reputasinya di mata klien dan investor. Kondisi itu membuat beberapa eksekutif puncak di-PHK.

Tahun lalu, nasabah menarik kembali 123 miliar franc Swiss atau setara US$133 miliar dari Credit Suisse, yang sebagian besar diambil pada kuartal IV 2022. Bank melaporkan kerugian bersih tahunan hampir 7,3 miliar franc Swiss atau US$7,9 miliar dan menjadi kerugian terbesar sejak krisis keuangan global 2008. Seperti yang sudah diketahui, kasus Credit Suisse Bank yang dituduhkan adanya penyelewengan, telah membawa dampak buruk berupa penurunan harga sahamnya hingga drop dan tesisa seprempat nilai sahamnya. Jelas ini membawa kebangkrutan dan pedagangan saham Credit Suisse di bursa Swiss terhenti (suspen) otomatis.  Efek sentiment negatif atas kejadian pada Credit Suisse, di mana sebelumnya menimpa Valley Bank dan Sillicon Bank di AS, membuat otoritas Perancis turun tangan. Kasus Credit Suisse, disinyalir membawa dampak besar terhadap perbankan Eropa lainnya , yaitu BNP Paribas, HSBC dan Societe Generale.

Oleh karena itu, Pemerintahan Prancis telah memerintahkan pihak nya untuk menggeledah lima kantor bank di Paris, penggeledahan itu di karenakan adanya dugaan penipuan fiskal. Bagian dari penyelidikan tersebut luas Eropa yang menghindari pembayaran pajak dividen. Sebelumnya penggeledahan telah di lakukan di Jerman  dan negara lain sampai Eropa di geledah. Kantor Kejaksaan Keuangan Nasional (PNF) Prancis juga telah angkat suara bahwa penyelidikan tersebut juga untuk pengupasan dividen ‘cum-ex’. Cum-ex sendiri ialah skema perdagangan yang dimana para investor dan bank memperdagangkan saham perusahaan sekitar hari pembayaran dividen mereka dengan cepat, Cum-ex juga bertujuan untuk mengaburkan kepemilikan saham dan memungkinkan banyak pihak mengklaim potongan pajak atas dividen secara illegal.

Hal serupa juga dilakukan Jaksa Federal Swiss, dengan membuka penyelidikan atas pengambilalihan Credit Suisse yang didukung negara oleh UBS, berdasarkan keterangan kantor jaksa agung pada Minggu 2 Maret 2023. Jaksa, yang berbasis di ibukota Swiss, Bern, sedang menyelidiki potensi pelanggaran hukum pidana negara oleh pejabat pemerintah, regulator dan eksekutif di dua bank, yang menyetujui merger darurat bulan lalu untuk menghindari kehancuran sistem keuangan negara. Dalam pernyataannya, Jaksa menyatakan ada banyak aspek peristiwa di sekitar Credit Suisse yang memerlukan penyelidikan dan yang perlu dianalisis untuk mengidentifikasi tindak pidana apa pun yang dapat masuk dalam kompetensinya.

Skema Pengambilalihan, yang juga dirancang untuk membantu mengamankan stabilitas keuangan secara global selama periode kekacauan ini telah memicu kekhawatiran di kalangan kritikus tentang ukuran bank hasil merger, dengan aset $1,6 triliun dan lebih dari 120.000 staf di seluruh dunia. Beberapa waktu lalu, bank sentral menyebut ketidakpastian pasar keuangan global akan meningkat pasca kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB). Namun untuk pasar indonesia sendiri,dikatakan masih cukup aman. Bank sentral juga telah melakukan stress test terhadap perbankan Indonesia, ia menyebut hasilnya menunjukkan ketahanan perbankan Indonesia yang kuat. Tapi akan terus dilakukan pemantauan untuk memastika berbagai risiko yang ada.

Hal serupa juga disampaikan Perry Warjiyo, selaku Gubernur Bank Indonesia (BI) ia mengatakan kejatuhan bank-bank di Eropa meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global yang sebelumnya sebenarnya sudah tertekan oleh pengetatan moneter bank sentral di negara maju. Ini yang kemudian menahan aliran modal ke negara berkembang dan meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar di berbagai negara.

Berikut profil 3 Bank yang terdampak oleh Credit Suisse :

HSBC Bank

HSBC Holdings adalah salah satu grup perbankan terbesar di dunia. HSBC bermarkas di London, dengan kantor pusat di Menara HSBC, London, sebuah bagian dari pengembangan Canary Wharf di London Docklands. Anggota pendirinya adalah The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, sebuah bank yang dibentuk oleh orang Skotlandia – Thomas Sutherland – untuk membiayai perdagangan di Timur Jauh di 1865.

Pada 2005, bank ini merupakan perusahaan terbesar keempat dalam segi aset ([1]). Ia melaporkan jumlah pemasukan dalam dolar AS sekitar 70% berasal dari luar Britania. Nyaris 40% berasal dari operasinya di Hong Kong. Sebelum pindah markasnya ke London pada awal 1990-an, ia bermarkas di Hong Kong. HSBC merupakan bank terbesar di Hong Kong, dan kedua terbesar di dunia setelah Citigroup. Di Indonesia, HSBC mulai hadir di Jakarta pada tahun 1884, sehingga merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Saat ini memiliki anak usaha bernama PT Bank HSBC Indonesia ( Bank Ekonomi), dengan kepemilikan 98%.

BNP Paribas

BNP Paribas adalah sebuah grup perbankan internasional asal Prancis. Bank ini merupakan grup perbankan terbesar di Prancis, bank terbesar di Eropa, dan bank dengan aset terbesar ketujuh di dunia. Bank ini dibentuk melalui penggabungan antara Banque Nationale de Paris (BNP) dan Paribas pada tahun 2000. BNP Paribas juga merupakan salah satu dari tiga bank internasional terbesar di Prancis, bersama Société Générale dan Crédit Agricole. Bank ini melantai di pasar pertama dari Euronext Paris serta merupakan komponen dari indeks pasar saham Euro Stoxx 50 dan CAC 40.

Bank yang telah beroperasi di 72 negara yang tersebar di lima benua ini, memiliki bagian perbankan ritel dan operasi perbankan investasi, dengan jaringan perbankan ritelnya melayani lebih dari 30 juta nasabah di tiga negara, yakni Prancis, Belgia, dan Italia, melalui sejumlah merek, seperti BNL dan Fortis. Bagian perbaikan ritel dari bank ini juga beroperasi di wilayah Mediterania dan Afrika.

Di Amerika, perusahaan ini beroperasi di bagian barat Amerika Serikat dengan nama Bank of the West. Sebagai sebuah bank investasi dan penyedia jasa keuangan internasional untuk klien korporat dan institusional, perusahaan ini eksis di seantero Eropa, Amerika, dan Asia. BNP Paribas adalah grup perbankan terbesar di Prancis dan bank terbesar di Eurozone. Bank ini pun menjadi salah satu dari lima bank terbesar di dunia pasca krisis keuangan 2008.

Societe Generale

Societe Generale merupakan sebuah perusahaan finansial terbesar di Eropa. Bermarkas di 29, Boulevard Haussmann 75009 Paris, Prancis. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 4 Mei 1864. Perusahaan ini mempekerjakan 130.100 pekerjanya pada tahun 2007. Fokus utama Societe Generale adalah industri perbankan. Pada tahun 2014, bank tersebut mendapatkan penjualan sebesar AS$45,6 juta dengan total keuntungan AS$2,9 juta. Pada tahun yang sama, Societe Generale menempati peringkat ke-103 dalam daftar Global 2000, sebuah daftar perusahaan terbesar di dunia yang diperingkat oleh majalah bisnis Forbes, dengan total nilai pasar (market value) AS$50 juta dan total aset sebesar AS$1702,1 juta.

(Artikel diolah dari bebagai sumber)

Share This Article

Related Articles

Responses