Q1/2023, Penjualan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) Turun Tipis

JAKARTA— Penjualan PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA) selama tiga bulan quartal I/2023 mencapai Rp 1,673 triliun. Perolehan ini alami penurunan tipis 2,7%, dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp1,720 triliun.

Penurunan terbesar dialami dari anak usaha yaitu PT Wilmar Nabati Indonesia yang turun tajam 30,33% dari Rp915,574 miliar hanya menjadi Rp637,913 miliar per Maret 2023.  Begitu juga penjualan produk dari PT Wilmar Nabati Asahan juga turun 30,35% dari Rp79,708 miliar menjadi Rp55,514 milair . Bahkan PT Wilmar  Bioneregi Indonesia yang tahun lalu berhasil membukukan penjualan senilai Rp62,337 miliar, pada Maret tahun ini belum membukukan hasil penjualan.

Dalam laporan keuangan perseroan Maret 2023 (unaudit) yang disampaikan ke BEI, tercatat penjualan perseroan didominasi penjualan domestik yang mencapai Rp1,599 triliun, sementara penjualan dari hasil ekspor hanya senilai Rp74,180 miliar.  Namun demikian, penjualan eskpor alami kenaikan 26,86% dibandingkan Maret tahun lalu yang hanya Rp58,453 miliar.  Sebaliknya penjualan lokal alias domestik turun 3,8% dari Rp1,662 triliun menjadi Rp1,599 triliun.

Perseroan masih mengandalkan penjualan produk utama berupa Crude Palm Oil (CPO) yang mencapai Rp1,046 triliun bertumbuh sebesar 35,5%  dari sebelumnya Rp766,014 miliar. Sementara produk baru turunan berupa tepung telah berhasil menghasilkan angka penjualan Rp22,357 miliar.

Sedangkan untuk produk palm kernel, kebanyakan diekspor mencapai angka penjualan Rp63,692 miliar, meningkat dari tahun lalu yang hanya Rp58,453 milair. Sedangkan penulan lokal palm kernel turun drop tajam dari Rp678,873 miliar menjadi Rp 357,876 miliar. Terjadi pengalihan orientasi pasar palm kernel ke luar negeri.

Sementara beban pokok juga menurun hanya sedikit dari Rp 1,553 triliun menjadi Rp 1,530 triliun. Sehingga perseroan membukukan laba bruto Rp143,075 miliar, dipotong beban usaha Rp52,945 milair, maka laba usaha mencapai Rp90,130 miliar.  Hanya saja, karena perseroan masih memiliki beban pajak penghasilan, menjadikan laba bersih periode berjalan hanya sebesar Rp70,993 miliar. Laba berjalan ini alami penurunan dibanding periode sama tahun lalau yang mencapai Rp 90,976 miliar.

Dari sisi asset terjadi kenaikan tipis dari Rp1,718 triliun menjadi Rp1,895 triliun. Kenaikan asset, didukung adanya tagihan perseroan kepada pihak ketiga (piutang usaha) dalam 3 bulan naik dua kali lipat menjadi Rp388,785 miliar dari sebelumnya hanya Rp 192,708 miliar.  Ini mendongkrak kenaikan asset lancer menjadi Rp1,565 triliun dari sebelumnya hanya Rp 1,383 triliun. Ekuitas perseroan juga naik dari Rp1,550 triliun menjadi Rp1,621 triliun.

 

Share This Article

Related Articles

Responses