PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) atau IFI adalah perusahaan pengolahan kayu olahan selama tahun 2022 menambah utang hingga 5 kali lipat dari tahun sebelumnya. Pada 2021, utang perseroan hanya tercatat
Rp75,316 miliar naik hingga 7 kali lipat atau tumbuh 702% atau mencapai Rp604,327 miliar pada akhir 2022. Demikian hal ini diketahui dari laporan keterbukaan perseeroan ke BEI.
Baik utang jangka pendek maupun utang jangka oanjang alami kenaikan tajam signifikan. Utang jangka pendek naik dari Rp53,286 miliar menjadi Rp145,977 miliar. Sedangkan utang jangkan panjang naik lebih hebat lagi dari Rp22,075 miliar menjadi Rp458,351 miliar atau 20 kali lipat.
Sementara ekuitas juga alami kenaikan, kendatipun tidak sebesar utang yaitu dari Rp Rp1,083 triliun menjadi Rp1,142 triliun per akhir 2022. Sehingga rasio utang (liabilitas) dibandingkan ekuitas juga naik tajam dari hanya rasio 7% menjadi 53%.
Dengan kenaikan ekuitas dan liabilitas menjadi aset perseroan juga bertambah sekitar Rp600 miliar atau tumbuh signifikan 50,64% menjadi Rp1,746 triliun dari sebelumnya Rp1,159 triliun
Pada tahun lalu, meskipun situasi perekonomian global dan regional masih diwarnai tantangan dan kekhawatiran, perseroan tetap mencatatkan kinerja keuangan positif.
Perseroan selama tahun lalu mampu menjual sebanyak 133.091 meter kubik, alami penurunan 17,66% atau sebanyak 28.552 meter kubik, dari penjualan tahun 2021 sebanyak 161.643 meter kubik menjadi sebanyak 133.091 meter kubik pada akhir 2022. Kendati dari segi volume penjualan menurun, tapi dari segi nilai justeru bertumbuh 21,35% atau bertambah sebesar Rp152,564 miliar dan melampaui target yang ditetapkan pada awal tahun. Penjualan bersih hingga Desember 2022 mencapai Rp867,146 miliar dari sebelumnya Rp714,582 miliar.
Pencapaian peningkatan nilai penjualan ini merupakan keberhasilan dari realisasi strategi perseroan salah satunya mengalihkan penjualan ke produk medium density fibreboard (MDF) Jepang yang volume produksinya lebih sedikit, karena membutuhkan waktu produksi lebih lama dari produk MDF lainnya, namun memiliki margin laba lebih tinggi
Seiring meningkatnya nilai penjualan, laba bersih Perseroan juga terdongkrak sebesar 17,93% yang semula Rp82,349 miliar di tahun 2021 menjadi Rp97,118 miliar di tahun 2022.
Saat ini perseroan telah berhasil mengolah kayu menjadi berbagai variasi produk kayu olahan. Selain MDF, perseroan juga memproduksi Plywood, High Moisture Resistant (HMR), dan Veneer. Lokasi pengolahan kayu perseroan terletak di area seluas 50 hektar di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Hasil produksi perseroan banyak diekspor ke berbagai negara antara lain, Jepang, Mesir, Korea Selatan, Lebanon, Taiwan, Amerika Serikat, dan Vietnam, juga pasar lokal tentunya.
Pasar produk utama perseroan masih dominasi ekspor ke Jepang dengan nilai penjualan Rp523,022 miliar, naik dari Rp236,526 miliar. Sementara untuk kawasan middle east alami penurunan tajam dari Rp189,369 miliar menjadi hanya Rp38,571 miliar. Sedangkan pasar regular konstan hanya naik dikit dari Rp243,059 miliar menjadi Rp250,958 miliar.
Pada Maret lalu, Perseroan sudah memasuki tahap penyelesaian pembangunan fasilitas tambahan produksi MDF Line Kedua dan telah berhasil memproduksi papan kayu pertama dengan menggunakan fasilitas produksi baru MDF. Dengan rampungnya proyek pembangunan MDF Line kedua ini akan meningkatkan kapasitas terpasang produksi MDF yang sebelumnya 250.000 meter kubik per tahun menjadi sekitar 450.000 meter kubik per tahun dan diperkirakan akan mulai memasuki tahap produksi secara komersial pada bulan April 2023 untuk merespon kebutuhan MDF di pasar global yang diyakini akan semakin meningkat setiap tahunnya.
Perseroan optimistis, sekalipun pasar di Kawasan Asia, termasuk Jepang sudah menunjukkan perlambatan pertumbuhan permintaan, namun secara umum, potensi permintaan produk MDF, veneer, dan plywood yang dihasilkan Perseroan masih cukup tinggi . “Harga jual produk Perseroan pun diklaim masih kompetitif dengan pabrik lain di Indonesia maupun negara kompetitor lainnya,” tulis laporan perseroan ke BEI.