JAKARTA– PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR atau SMN) bukukan pendapatan usaha konsolidasi di tahun 2022 senilai Rp 11,035 triliun, naik 27,8%; Angka perolehan pendapatan itu dicapai melalui bisnis pemnyewaan (tenant) menara, jaringan fiber optic dan konektivitas.
Perseroan dalam rilis laporan keuangan konsolidasi yang diaudit dan hasil operasional untuk tahun buku 2022 yang dikeluarkan kemarin, menyatakan perseroan memiliki tower menara dan penyewa (tenant) sebanyak 29.794 menara dan 53.967 tenant. Pertumbuhan menara mencapai 1.096, sementara jumlah penyewa (atau tenant) tetap, menyebabkan turunnya tenancy ratio menjadi 1,81x dari 1,88x di tahun lalu. Pencapaian jumlah penyewa yang sama menunjukkan dampak rasionalisasi jaringan IOH mengikuti merger Indosat dan H3I.
Sementara untuk jaringan fiber optik menghasilkan pendapatan dari segmen Fiber-to-The Tower (FTTT) naik dua kali lipat 112%, Selama tahun 2022, jaringan fiber optic perseroan telah mencapai 149.811 km dengan tingkat utilisasi 169%, atau naik dari 70.465 km dengan tingkat utilisasi 155% di tahun 2021. Kenaikan pada traffic data domestik menjadikan operator telekomunikasi bergerak cepat untuk meningkatkan kapasitas jaringan menggunakan fiber optik.
Direktur Utama dan CEO SMN Group Aming Santoso mneytaakan Hasil operasional yang sangat baik dari Perseroan ini merefleksikan kesuksesan usaha diversifikasi kami pada infrastruktur FTTT dan Connectivity. “Kami telah memulai ekpansi ke dalam infrastruktur FTTH sebagai penggerak pertumbuhan baru dan harapan adanya ekspansi yang signifikan di tahun 2023,’ ujar Aming.
Segmen konektivitas termasuk didalamnya wireless/wireline dan bisnis VSAT mencatatkan 10.560 aktivasi di tahun 2022, meningkat 13,7% dari 9.283 aktivasi di tahun 2021.
Perseroan pun selama tahun lalu, berhasil memperoleh nilai kontrak jangka panjang senilai Rp68,6 triliun. Perolehan nilai kontrak yang diraih perseroan itu meningkat dari Rp 63,2 triliun di tahun 2021.
EBITDA tercatat Rp 9.516,6 miliar, naik 28,0%; dan net profit tercatat Rp 3.442 miliar, naik 0,4%; semuanya dibandingkan dengan tahun 2021. Rasio EBITDA dan marjin net profit masing-masing adalah 86,2% dan 31,1% untuk tahun 2022; dan 86,1% dan 39,7% untuk tahun 2021.
Biaya-biaya non-operasional yang meningkat signifikan pada 2022 adalah biaya bunga bersih, biaya kurs dan beban amortisasi, terutama berkenaan dengan aktifitas pembiayaan kembali/refinancing yang dilakukan oleh Perseroan selama tahun 2022.
Peningkatan inflasi dan tingkat suku bunga, menurut Aming, menuntut persrroan untuk lebih kreatif dan mempertimbangkan berbagai sumber pendanaan. Saat ini, kami telah memanfaatkan kondisi peringkat credit rating yang baik dan menerbitkan obligasi senilai Rp 2,9 triliun dengan penghematan biaya bunga hampir 1%. Rasio pinjaman Perseroan bila dihitung dengan pinjaman bersih dibagi dengan EBITDA disetahunkan berada pada posisi 4,2x di akhir tahun 2022, suatu penurunan yang baik dari 4,4x di tahun 2021 setelah akuisisi STP.”
Pada penerapan ESG, SMN baru saja menerima peningkatan peringkat ESG dari MSCI ESG agency menjadi BBB, dari BB peringkat yang paling awal diterima dari MSCI ESG. (andre/m1)