JAKARTA – PT Astra International Tbk (ASII) emiten yang banyak memiliki anak usaha yang juga go publik ini berhasil membukukan laba tahun berjalan Rp40,20 triliun. Perolehan ini naik tajam 51,7% dibandingkan laba tahun sebelumnya yang hanya Rp25,586 triliun. Hal ini menjadikan laba per saham ppun ikut naik dari Rp499 per saham, menjadi Rp715 per saham.
Sebelumnya, ASII sudah menyampaikan untuk mendistribusikan sebahagian laba tersebut untuk dijadikan sebagai dividen tunai senilai Rp28,944 triliun. Sisanya sebagai laba ditahan guna memperkuat permodalan perseroan. Peningkatan laba ini dipicu bertumbuhnya pula pendapatan bersih tahun 2022 menjadi Rp301,379 triliun dari tahun sebelumnya hanya Rp233,485 triliun.
Dengan adanya penambahan laba ditahan, menjadi ekuitas yang dimiliki Astra cukup jumbo mencapai Rp243,720 triliun. Ekuitas ini naik tajam dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp215,615 triliun. Kenyataan ini menjadikan rasio laba terhadap modal perseroan (ROE) cukup tinggi 17%, bisa dijadi ini di atas angka rata-rata ROE industri umumnya.
Jumlah aset perseroan di tahun 2022 juga terkerek mencapai Rp413,287 triliun dari sebelumnya Rp367,311 triliun..
Manajemen Astra kian yakin dengan performa 2022 yang bisa dijadikan momentum untuk terus berkibar di tahun 2023. Karena untuk tahun ini, perseroan telah menganggarkan belanja modal Capital Expenditure (capex) Astra (ASII) sebesar Rp40 triliun, baik di banding tahun lalu yang hanya Rp26,4 triliun.
Porsi terbesar Capex akan diperuntukkan anak usaha yaitu PT United Tractors Tbk. (UNTR) sebesar 60 persen. Mengutip bisnis.com, Head of Investor Relations ASII Tira Ardianti, menyatakan tahun ini rencana Capex ASII sekitar Rp40 triliun. “Seingat saya bisa 60 persen dari Rp40 triliun itu dari United Tractors Group karena UNTR itu porsinya selalu yang paling besar,” ujar Tira saat Buka Puasa Astra Bersama Wartawan di Jakarta, Kamis (30/3).
Menurutnya, belanja modal UNTR digunakan untuk membeli alat-alat konstruksi, serta penggantian alat berat Komatsu di bisnis jasa tambang anak usahanya PT Pamapersada Nusantara. Sebelumnya, pada akhir tahun 2022 lalu UNTR merambah bisnis tambang nikel dengan nilai transaksi Rp4,27 triliun.
Sisa capex lainnya, akan digunakan untuk mengembangkan seluruh lini bisnis perusahaan, termasuk beberapa anak usaha baru ASII. Ada empat perusahaan yang terkendali yaitu PT Danusa Tambang Nusantara (DTN), UNTR mengakuisisi dua perusahaan nikel, yakni PT Stargate Pacific Resources dan PT Stargate Mineral Asia. (andre/m1)