
BANGKA – PT Timah Agro Manunggal (TAM), anak usaha PT Timah Tbk, mengembangkan perkebunan cabai yang terletak di Desa Kace Timur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, untuk mengurangi ketergantungan atas komoditas ini.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) masih memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap kebutuhan pangan dari luar di antaranya komoditas cabai.
Padahal cabai menjadi salah satu bahan pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Jika pasokan sedang terganggu tak heran harga cabai sangat melonjak bahkan bisa mencapai Rp180.000 per kilogram.
Untuk membantu mengurangi ketergantungan pangan Babel dari luar daerah, PT Timah Agro Manunggal (TAM), anak usaha PT Timah Tbk, mengembangkan perkebunan cabai yang terletak di Desa Kace Timur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka.
Sehingga nantinya dapat membantu memenuhi pasokan kebutuhan cabai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Saat ini ada dua jenis Varietas Cabai ditanam PT TAM dan ini merupakan tahap uji coba. Pasalnya, masih harus mengenali kontur tanah dan jenis cabai apa yang cocok ditanam di lahan tersebut.
“Kalau sudah tau mana yang pas itulah yang akan ditanam secara terus menerus, yang tentunya tahan terhadap hama dan situasi tanah kita” ujar Direktur Utama PT TAM Dicky Sinoritha saat panen jagung dan cabai, dalam siaran pers hari ini (16/2).
Dia berharap dengan adanya perkebunan cabai ini dapat membantu ketergantungan impor bahan pangan dari luar.
“Seperti kita ketahui di Bangka Belitung ini sebagian besar suplai bahan makanannya seperti jagung, cabai dan lainnya itu berasal dari luar Pulau Bangka. Setidaknya kami bisa membantu untuk mengurangi impor suplai makanan dari luar,” kata Dicky.
Dia berharap para petani bisa ikut menanam cabai sehingga bisa menambah suplai dari Bangka.
“Ini juga upaya untuk menggugah kawan–kawan petani seperti kami untuk menambah suplai untuk wilayah sendiri,” ucapnya.
Dicky menambahkan kedepannya mereka juga berencana akan melakukan industri hilirisasi produk Cabai.
“Kami memiliki rencana kedepan untuk menanam dengan luasan 20 hingga 50 hektare, dan itu akan kami lakukan secara bertahap. Bahkan kami juga akan menyiapkan produk hilirnya juga. Yang tentunya dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen,” katanya.
Produk hilir yang dimaksud Dicky yakni dari hasil panen cabai hari ini akan dijadikan bahan untuk cabai botolan.
“Ini akan kami uji coba dulu. Dan memang hasilnya memuaskan akan kami teruskan. Dan untuk formulanya pun sudah kami siapkan, hingga produk tersebut bisa dilepas dipasaran,” jelasnya.
Adapun untuk jagung, menurut Dicky pihaknya sudah melakukan uji coba menanam jagung dengan berbagai varietas.
“Jenis jagung yang kita panen ini adalah jenis jagung manis, yang secara umumnya yang dijual di tempat wisata atau yang kita kenal dengan jagung manis. Sebelumnya kami juga pernah memanen jagung untuk pakan ternak,” katanya.