
JAKARTA – S&P Global merilis Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia di posisi 51,2 pada bulan Februari memperlihatkan kinerja industri pengolahan nonmigas di Tanah Air masih tetap terjaga dalam kondisi yang stabil pada pertengahan triwulan pertama tahun ini.
PMI manufaktur Indonesia berapa pada posisi 51,2 bulan Februari 2023 melampaui PMI manufaktur Myanmar (51,1), Malaysia (48,4), Taiwan (49,0), Jepang (47,7), Inggris (49,2), Amerika Serikat (47,8), Zona Eropa (48,5), Prancis (47,9), dan Jerman (46,5).
“Level ekspansi ini memperpanjang periode perbaikan kondisi sektor industri manufaktur kita selama 18 bulan terakhir ini, meskipun di tengah dampak tekanan ekonomi global. Artinya tingkat kepercayaan diri para pelaku indutri manufaktur kita masih cukup tinggi atau optimistis,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, dalam siaran pers Rabu (1/3).
Menperin mengemukakan aktivitas industri manufatur nasional yang masih berjalan impresif sesuai juga dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Februari 2023 sebesar 52,32. Level ekspansi ini mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 0,78 poin dibandingkan dengan Januari 2023.
“Saya yakin, industri manufaktur kita akan tetap ekspansif seiring dengan berangsur membaiknya kondisi geopolitik dan ekonomi global. Selain itu didukung dengan kebijakan pemerintah dalam upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif,” paparnya.
Terkait capaian PMI manufaktur Indonesia pada Februari 2023, Jingyi Pan selaku Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence mengatakan bahwa kondisi sektor manufaktur di Indonesia terus membaik pada laju stabil dan berkelanjutan pada bulan Februari.
“Permintaan domestik dilaporkan menguat yang mendukung pertumbuhan manufaktur output, karena permintaan asing masih dalam proses pemulihan,” jelasnya.
Aspek positif lain dari angka PMI manufaktur Indonesia yang masih ekspansif, yakni sudah berkurangnya hambatan pada rantai pasokan.
“Waktu pengiriman dari pemasok lebih pendek untuk pertama kali dalam satu tahun sementara inflasi biaya input juga mereda, keduanya menggambarkan tekanan dari sisi pasokan berkurang,” lanjutnya.
S&P Global mencatat, secara keseluruhan, sentimen bertahan positif di seluruh sektor manufaktur. Akan tetapi, penurunan kepercayaan diri bisnis ke posisi terendah dalam kurun waktu hampir tiga tahun sangat mengkhawatirkan. Ini merupakan kunci agar kondisi lebih baik, termasuk permintaan asing, untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri perusahaan.
Hilirisasi Industri
Agus menegaskan pihaknya bertekad untuk terus fokus dalam mendorong kegiatan pengolahan sumber daya alam di dalam negeri. Langkah hilirisasi industri ini terbukti mampu membawa dampak yang luas bagi perekonomiaan nasional, seperti peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, dan ekspor.
“Hilirisasi dan pendalaman struktur manufaktur, itu yang akan terus kami kejar, karena bagian dari upaya penguatan supply chain. Ini juga yang akan memacu daya saing industri kita,” ungkapnya.
Pemerintah telah menekankan, proses hilirisasi tidak hanya akan dilakukan pada sektor pertambangan mineral dan batu bara saja, tetapi juga menyasar ke sektor lain seperti pertanian, perkebunan, hingga perikanan.
Lebih lanjut, strategi yang akan ditempuh dalam upaya pendalaman struktur industri di tanah air, misalnya pemerintah akan mendorong pelaku industri untuk mengolah produknya lagi atau lebih meningkatkan nilai tambahnya.
“Contohnya, pengusaha yang sebelumnya hanya memproduksi kain akan didorong untuk mengolah kain tersebut menjadi pakaian sebelum masuk ke pasar,” imbuhnya.
Selain itu, Kemenperin konsisten untuk mempermudah pelaku industri mendapatkan bahan bakunya, sehingga produktivitas bisa berjalan baik. “Menjaga ketersediaan bahan baku ini salah satu faktor yang menyebabkan confidence dari industri kita naik,” tutur Agus.