2023, Mitratel Akan Bangun 13 Ribu Km Jaringan Fiber Optic dan 4 Ribu Menara

DENPASAR—PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) tahun ini menyiapkan capital expenditure (Capex) senilai Rp 7 triliun. Modal itu akan digunakan untuk membangun jaringan fiber optic sepanjang 13.000 Km dan menambah 4 ribu tower menara serta mengakuisisi 1,500 menara. Demikian hal itu diungkapkan Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama perseroan pada acara FGD manajemen dengan media di Westin Hotel, Ubud Bali, 16/3/2023.

Sebahagian besar ekspansi ini akan difokuskan dalam upaya memberikan layanan kepada operator yang akan penetrasi di luar Jawa. MTEL yang kerap disebut Mitratel ini, optimis dengan memiliki Menara yang sekitar 58% lebih tersebar di luar Jawa dapat dengan cepat memberikan layanan kepada operator seluler tersebut. “ Kami optimis dengan letak menara yang strategis dan tersebar sebanyak 20.654 menara di luar Jawa, siap melayani rencana ekspansi operator di luar Jawa,” jelas Noorhayati Candrasuci, Direktur Mitratel yang ikut hadir dalam FGD tersebut.

Begitu juga dalam upaya mengantisipasi penetrasi teknologi 5 G telekomuniaksi dan digitalisasi, yang akan bertumbuh pesat, perseroan juga siap menambah jaringan fiber optic sepanjang 13.000 kilometer.  Menurut Kearney, analisis  Mason penetrasi 5 G di Indonesia pada tahun 2025 akan mencapai 27,5%, walau pada tahun ini diperkirakan hanya 2,6% dan naik sebesar 13,4% pada tahun 2024.

Dengan demikian, Mitratel akan diuntungkan seiring meningkatkan penetrasi jaringan 5G, di mana dipastikan akan membutuhkan lebih banyak lagi jaringan fiber optic. Terkait kenyataan ini, selama tahun lalu perseroan telah memperoleh order dari operator untuk mengelola dan membangun jaringan fiber optic sepanjang 25 ribu kilometer. Angka ini mencapai 30% dari total roll out MNO di tahun 2022.

Perseroan baru memasuki bisnis membangun jaringan fiber optic pada tahun 2022, di mana awalnya hanya memaintance. Pada pertengahan tahun 2022 Mitratel baru memiliki jaringan fiber optic sepanjang 10.628 km. Dan jelang akhir tahun 2022, perseroan melakukan aksi inorganic mengakuisisi aset milik dua perusahaan sekaligus sepanjang 6.012 km. Sehingga hingga kini, jaingan fiber optic yang dimiliki perseroan hingg akhir tahun lalu mencapai 16.641 km. Dengan adanya penambahan target baru sepanjang 13.000 km, maka akhir tahun ini setidaknya perseroan telah menguasai sekitar 19.641 km.

Begitu juga dalam hal penguasaan dan penyewaan (tenant) Menara tower terus alami perkembangan berarti. Selama tahun lalu perseroan telah menambah sekitar 7 ribu menara atau bertumbuh 25,6% menjadi 35.418 menara. Kolokasi juga bertumbuh 15,3%, naik menjadi 16.588 dari sebelumnya hanya 14.388.  Penambahan ini juuga diikuti dengan adanya kenaikan penyeewa (tenant) dari beberapa operator yang mencapai pertumbuhan 22,12% dari 42.594 tenan menjadi 52.006 tenan. Angka pertumbuhan ini menurut Noorhayati yang tertinggi di antara perusahaan sejenis.

Selaiun penambahan menara dan fiber optioc, Mitratel juga terus memberikan kualitas layanan kepada operator dengan memanfaatkan energi terbarukan dan bebas carbon, berupa solar panel. Khusus untuk di daerah yang masih minim listrik dan memiliki tingkat intensitas matahari tinggi Mitratel telah membangun sekitar 618 menara dengan memanfaatkan energi panas matahari. “Dengan memanfaatkan solar panel ini akan menjadikan Mitratel sebagai perusahaan yang menerapkan ESG dan bebas carbon,” ungkap Pratignyo Arif Budiman, Direktur Operasional MItratel kepada media saat kunjungan di site Tower di Bukit Tengah, Kecamatan Dawan Bali.

Pratignyo menambahkan, tower setinggi 52 meter ini dan berlokasi di ketinggian ini telah memanfaatkan energi panas matahari dan menghasilkan daya sekitar 5.000 kwh. Dengan adanya pemanfaatan solar panel di sejumlah 615 menara perseroan mampu melakukan efesiensi atas biaya penggunaan listrik di setiap 615 menara itu, rata rata sekitar 15%. “Kita akan terus memanfaatkan energi ini di beberapa daeerah yang memang mendudukung,” ungkap Pratignyo.

Semua langkah yang akan diambil perseroan di atas, diharapkan mampu mendongrak performance perusahaan di tahun ini. Setidaknya, Teddy, sapaan akrab dirut Mitratel mencanangkan tahun ini dapat membukukan tingkat penjualan sekitar Rp8,58 triliun atau bertumbuh 11% dibanding tahun 2022 yang hanya Rp7,7 triliun. “Seluruh manajemen Mitratel bertekad dan optimis dengan CAPEX Rp7 triliun, dapat meraih pertumbuhan pendapatan dan EBITDA masing-masing 11%.”  ungkap Teddy.

Berdasarkan laporan keuangan perseoan 2022, tercatat masih memiliki modal segar berupa kas likuid sekitar Rp  6,34 triliun. Sementara rasio utang terhadap EBITDA masih rendah 1,46 kali, sehingga memungkinkan jika dibutuhkan ekspansi lebih besar lagi untuk mencari pendanaan melalui perbankan. Namun, Teddy menyatakan akan mengutamakan pemanfaatan dana sisa hasil IPO yang masih sekitar Rp4 triliun. “Kalau masih kuat cash kita, kita akan kurangi pinjaman,” paparnya.

Siapkan Rp 1,5 T untuk BuyBack

Dengan fundamental keuangan yang cukup kuat dan potensi bisnis yang masih terbuka lebar, wajar jika saham MTEL banyak dikuasai investor asing yang kecrenderungan berinvestasi untuk jangka menangah panjang.  Kapitalisasi pasar saham perseroan hingga kini mencapai Rp 66,8 triliun.

Tercatat kini asing menguasai 61,2% saham publik perseroan yang terctatat di BEI, sisanya lokal hanya 38,8%. Sementara lokal pun lebih didominasi investor korporat, ketimbang individual investor yang masih minim.  Artinya dari saham publik sejumlah 23,517 miliar saham, sebanyak 14,392 miliar dimiliki asing. Sehingga hanya sekitar 9 miliar yang dikuasai lokal. Kondisi ini membuat saham kurang likuid sehingga harganya belum mampu terdongkrak, sekalipun memiliki kinerja yang kinclong.

Berdasarkan analisa saham dari  17 orang analis, yang mendasarkan pada kinerja keuangan dan fundamental perseroan serta prosepk bisnis yang terbuka lebar, memberikan rekomendasi strong buy untuk MTEL di mana harga wajar yang diperkirakan mencapai Rp 973 per saham. Sementara harga pada penutupan perdagangan Kamis, 16 Maret 2023 berada di harga Rp 720 per saham. Sehingga masih ada potensi upsite  35%.

Guna menjadikan saham lebih likuid, perseroan telah menganggarkan sekitar Rp 1,5 triliun dana untuk mengambil aksi korporasi berupa buy back saham. Aksi ini akan dilakukan secara bertahap dan sesuai target untuk meningkatkan jumlah investor. Di mana hingga tahun lalu tercatat pemilik saham MTEL sebanyak 26.969 investor. “Kita anggarkan sebesar Rp1,5 triliun tapi secara bertahap tidak semua akan kita gunakan, sesuai kebutuhan,” ungkap Andi Setiawan, VP Investor Relation MTEL.

Sementara untuk dividen tahun 2022, perseroan akan mengajukan usulan dalam RUPST pada April mendatang,  sekitar 70% dari laba bersih akan dijadikan dividen. Perseroan membukukan laba bersih 2022 senilai Rp1,785 triliun, dengan demikian sekitar Rp 1,2 triliun akan diusulkan menjadi dividen.  Angka laba bersih ini bertumbuh 29,3% dibanding tahun 2021 yang hanya Rp 1,381 triliun.

Share This Article

Related Articles

Responses