JAKARTA—Pada awal perdagangan pekan ini, bursa Wall Street alami tekanan, investor khawatir akan adanya efek keruntuhan Sillicon Valley Bank (SVB). Para pengamat memperkirakan kejatuhan SVB, memperbesar peluang bank sentral AS, The Fed untuk terus mengambil kebijakan kenaikan suku bunga berkelanjutan.
Penutupan tiba-tiba SVB Financial pada Jumat (10/3/2023) setelah gagal meningkatkan modal membuat investor khawatir tentang risiko bank-bank lain dari kenaikan suku bunga Fed yang tajam selama setahun terakhir.
Regulator selama akhir pekan melakukan intervensi untuk mengembalikan kepercayaan investor pada sistem perbankan, dengan mengatakan deposan Silicon Valley Bank (SVB) akan memiliki akses ke dana mereka pada Senin (13/3/2023).
Sementara di dalam negeri, sentiment negatif kasus SVB membuat nilai tukar rupiah diperkirakan juga akan tertekan dan melemah. Sentimen risk off di pasar uang mulai terjadi yang menunjukkan investor menghindari atau melepas aset dan mata uang berisiko, sehingga rupiah akan dilepas investor. “ Rupiah diperkirakan melemah di tengah sentiment risk off di pasar akibat kejatuhan SVB,” kata analis DCFX futures Lukman Leong, seperti dikutip beritasatu.com.
Pada Jumat 10 Maret 2023, rupiah ditutup melemah 17 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp15.450 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.433 per dolar AS.
Lukman menuturkan pelemahan rupiah mungkin akan sedikit tertahan oleh melemahnya dolar AS setelah rilis data ketenagakerjaan nonpertanian atau Non-farm Payrolls (NFP) yang menunjukkan pertumbuhan upah yang lebih rendah dari perkiraan. Lukman juga menambahkan proyeksi nilai tukar rupiah berpeluang bergerak di kisaran Rp15.400 per dolar AS sampai dengan Rp15.550 per dolar AS.
Joe Biden Janji Atasi Efek SVB
Presiden Joe Biden berjanji untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap sistem perbankan. First Republic Bank terjun 61,83 persen karena berita pembiayaan baru gagal meyakinkan investor, sementara Western Alliance Bancorp dan PacWest Bancorp masing-masing tergelincir 47,06 persen dan 21,05 persen.
Para pedagang sekarang sebagian besar memperkirakan kenaikan suku bunga 25 basis poin dari Fed pada Maret, dengan taruhan bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada level mereka saat ini berdiri di 44,4 persen. Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan ada ekspektasi bahwa The Fed tidak akan menaikan suku bunga acuannya dengan agresif pada rapat mendatang karena peristiwa SVB.
Bagi sebagian investor, keputusan The Fed minggu depan juga akan bergantung pada data inflasi yang akan dirilis minggu ini.
Data indeks harga konsumen (IHK) yang menjadi ukuran inflasi akan dirilis pada Selasa waktu setempat dan angka IHP pada Rabu (15/3/2023). Saham rekanan SVB, Signature Bank, yang juga ditutup oleh regulator dihentikan. Nasdaq mengatakan mereka akan tetap demikian sampai permintaan bursa untuk informasi tambahan. (m1/m2)