Capai Kinerja Gemilang, MTEL Berencana Buyback Saham

JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) berencana melakukan pembeliaan kembali (buyback) saham sebanyak Rp 1,5 triliun. Rencananya akan melebihi 7,88% dari sejumlah modal yang telah di tempatkan dan di setor penuh.

Mengutip keterbukaan informasi yang disampaikan perseroaan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), MTEL telah merencanakan untuk melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tanggal 14 April 2023, di mana salah satu agendanya membahas rencana buyback saham tersebut.

Adapun alasan perseroan untuk  melakukan aksi korporasi ini sebab menejemen memandang perlu adanya fleksibilitas yang memungkinkan perseroan memiliki mekanisme untuk meniaga stabilitas harga saham, untuk mendukung tingkat harga saham yang mencerminkan nilai/kinerja Perseroan sebenarnya.

Perseroan optimis bahwa buyback saham tidak memberi dampak material negatif terhadap kegiatan usaha, mengingat memiliki fleksibilitas dalam melakukan buyback saham dan butback saham yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan kegiatan usaha, kondisi keuangan perseroan.

Buyback diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada investor atas nilai saham sesuai fundamental Perseroan. Buyback saham juga memberikan fleksibilitas bagi Perseroan dalam mengelola modal jangka panjang dimana saham treasury dapat dijual di masa yang akan datang dengan nilai yang optimal jika perseroan memerlukan penambahan modal.

Sebelumnya pada awal Maret lalu, perseroan telah menyampaikan laporan kinerja 2022, dengan   hasil gemilang luar biasa, mencatatkan triple double digit growth.  Yaitu pendapatan yang tumbuh 12,5% menjadi Rp7,72 triliun dibanding pencapaian 2021 sebesar Rp6,87 triliun. Juga laba bersih melonjak sebesar 29,3% atau menjadi Rp1,78 triliun dari Rp1,38 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara EBITDA melonjak 18.5% menjadi Rp6.142 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp5.185 triliun.

Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, mengatakan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih perseroan yang naik dua digit ini merefleksikan keberhasilan program pengembangan bisnis organik dan inorganik, yang berdampak positif terhadap kinerja keuangan. Selain itu perusahaan juga terus fokus dalam melakukan efisiensi biaya operasional sehingga profitabilitas disisi marjin meningkat.

“Pendapatan yang tumbuh 12,5% dan laba bersih melonjak 29,3% di tahun 2022 merupakan hasil nyata dari eksekusi strategi dan rencana-rencana bisnis Mitratel. Teddy merincikan pendapatan dari segmen penyewaan menara di 2022 masih mendominasi dengan nilai Rp6,37 triliun, atau naik 17,4%. Pendapatan sewa menara ini merupakan pertumbuhan yang berkelanjutan didorong oleh menara baru (built to suit) dan kolokasi, termasuk dari hasil akuisisi menara telekomunikasi Telkomsel di Juli 2022,” ungkap Teddy.

Eskpansi Tambah 7.212 Menara

Total penambahan menara baru yang dimiliki oleh Mitratel pada tahun 2022 adalah sebanyak 7.212 menara dan penambahan jumlah tenant (penyewa) sebesar 9.412. Dimana 6.000 menara baru tersebut datang dari proses akuisisi menara operator Telkomsel. Selain itu Mitratel juga mengembangkan jaringan fiber opticsebagai bagian penting dari ekosistem menara, dan telah memiliki fiber optic sepanjang 16.641 km, dimana 6.012 km diantaranya merupakan hasil akuisisi. Strategi organik dan aksi korporasi di tahun 2022 ini yang menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan kinerja perusahaan.

Mitratel merupakan perusahaan menara telekomunikasi independen dengan pertumbuhan menara dan pelanggan terbesar selama periode 2017 – 2022 dibandingkan dengan kompetitor.  Bahkan sejak tahun 2010-2022 CAGR untuk pertumbuhan organik adalah sebesar 45%.  Selain itu, pengembangan bisnis seperti fiber optic, energy as service serta edge infra solution melengkapi usaha Mitratel untuk menjadi Digital Infraco yang memberikan layanan dan solusi terlengkap untuk semua operator telekomunikasi di Indonesia.

Mitratel juga tidak memiliki eksposur risiko fluktuasi mata uang asing, mengingat seluruh pinjaman dalam denominasi rupiah.   Bahkan utang perseroan turun menjadi Rp15,29 triliun dari Rp 18,07 triliun. Alhasil, rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) pada 2022 turun menjadi 0,45 kali dari sebelumnya 0,54 kali (yoy). “Mitratel tetap memiliki ruang yang cukup longgar untuk ekspansi karena DER-nya semakin turun dan ekuitas perseroan mencatatkan peningkatan 0,5% menjadi Rp. 33,808 triliun,” tutur Teddy.

Perseroan pada tahun lalu berhasil meraih penghargaan dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) dalam ajang CSA Awards dengan meraih kategori The Best of Innovation Telecommunication Infrastructure. Yaitu emiten yang memiliki inovasi terbaik bidang Infrastruktur Telekomunias (InfraTelco)

Market Leader

Perseroan optimis prospek bisnis di tahun 2023 akan tetap mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri, hal ini berdasarkan strategi dan model bisnis Mitratel yang solid, dengan didukung oleh pertumbuhan organik seperti peningkatan kolokasi (tenancy ratio), dan dilengkapi aksi inorganik yang akan memacu Mitratel untuk mencatatkan pertumbuhan positif pada pendapatan maupun peningkatan laba bersih.

”Kami meyakini kinerja perseroan di tahun 2023 ini akan terus bertumbuh dengan fokus pada monetisasi aset, efisiensi biaya, dan akan semakin memperkuat kepemimpinan Mitratel di industri menara,” tutur Teddy, sapaan akrab Theodorus, di Jakarta, Selasa (7/3/2023).

“Ke depannya, beberapa langkah strategis akan terus kami lakukan. Kami akan fokus untuk memberikan solusi end to end bagi pelanggan kami seperti layanan fiber to the tower dan energy as a service. Kami juga akan lebih agresif untuk memonetisasi aset menara kami yang berjumlah lebih dari 35.400 dan tersebar di seluruh Indonesia. Kami yakin di tahun 2023 Mitratel akan tetap menjadi market leader dengan penguasaan pangsa pasar yang lebih baik dibandingkan kompetitor” tambah Teddy.

Mitratel akan terus menjaga pertumbuhan dan fundamental perusahaan dengan menjadi perusahaan menara telekomunikasi yang unggul baik dari sisi kinerja operasional maupun keuangan. Perseroan berkeyakinan mampu melanjutkan momentum pertumbuhan di tahun 2023 ini dengan tumbuh double digit, atau jauh di atas industri yang diperkirakan hanya tumbuh dikisaran 4%.  Pertumbuhan Perseroan akan dicapai melalui agresivitas kegiatan organik, inorganik, dan pengembangan bisnis lainnya untuk memberikan layanan terbaik kepada seluruh operator dalam mengembangkan jaringan telekomunikasi, menuju Digital Infrastructure Company.***

Share This Article

Related Articles

Responses