
JAKARTA—Harga saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) salah satu anak usaha Pertamina yang telah resmi tercatat sebagai emiten pada Juma’at pekan lalu (24/2/2023), belum mampu terbang. Kendati pada saat pemesanan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dengan penetapan hargaRp 875 per saham, toh belum juga mampu bergerak naik.
Menurut David Sutyanto, Head of Reseacrh Ekuator Swarna Sekuritas, saham PGEO belum berhasil bergerak ke level di atas harga perdana, dikarenakan banyak investor yang memperoleh penjatahan cukup besar. “Walau permintaan berlebih, tapi saat penjatahan tetap saja dapat banyak. Sehingga investor termasuk institusi juga tidak banyak yang memburu PGEO,” ungkapnya.
Menurut perkiraan dia, investor dapat penjatahan sekitar 40-50% dari yang dipesan. Artinya dari setiap yang booking dapat 40-50%. Tentu ini kurang atraktif dan banyak yang kurang berminat. “Biasanya jika dapat penjatahan di bawah 10%, itu akan atraktif dan kemungknan harga terbang bisa terjadi,” ujar nya
Pada perdagangan hari pertama pekan lalu, harga saham ditutup flat Rp875 per saham. Walau saat perdagangan sempat naik sekitar 5,7 % ke level Rp925 per saham, kemudian tidak bertahan lama, turun masuk ke zona merah hingga ke level auto rejection bawah (ARB) pada harga Rp815 persaham dan jelang penutupan dikerek ke level pembukaan Rp875 persaham.
Pada hari ini tekanan harga saham terus terjadi dan bermain di zona merah pada kisaran Rp845 persaham. Volume dan frequensi transaksi terbesar terjadi pada harga Rp840. David menilai selama permintaannya belum banyak, harga masih akan terus terkoreksi. Namun untuk jangka menengah, masih ada kemungkinan untuk bergerak naik
PGEO menetapkan harga IPO Rp875 per saham. Artinya perusahaan pelat merah ini maksimal akan meraup dana hingga Rp9,05 triliun. Dalam prospektus IPO, PGEO yang merupakan perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan salah satu perusahaan panas bumi terbesar secara global yang diukur dengan kapasitas terpasang pembangkit tenaga listri, berencana untuk menggunakan 85 persen dana IPO untuk pengembangan usaha sampai 2025.
Rinciannya, sekitar 55 persen akan digunakan sebagai capital ecpenditure (capex) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO saat ini, yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing PGEO.
Sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lahendong, WKP Hululais, WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Gunung Way Panas, WKP Sungai Penuh, dan WKP Gunung Sibayak-Gunung Sinabung. (mas)